f
Buku Ende, BN (Buku Nyanyian HKBP, Suplemen Buku Ende, Lagu KOOR HKBP, Katekhimus Kecil
|
Renungan HKBP 2024 Khotbah HKBP Minggu, 09 Juni 2024 - TUHAN MENGUATKAN HAMBANYA - 1 SAMUEL 8:4-11 - MINGGU II SETELAH TRINITATIS, 09 JUNI 2024 Orang Israel Menghendaki Seorang Raja, Jawaban Allah kepada Israel, dan Orang Israel Bersikeras untuk Memiliki Seorang Raja MINGGU II SETELAH TRINITATIS, 09 JUNI 2024 TUHAN MENGUATKAN HAMBANYA Baca Juga: 1 SAMUEL 8:4-11 8:4 Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama 8:5 dan berkata kepadanya: "Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain." 8:6 Waktu mereka berkata: "Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami," perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. 8:7 TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. 8:8 Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. 8:9 Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka." 8:10 Dan Samuel menyampaikan segala firman TUHAN kepada bangsa itu, yang meminta seorang raja kepadanya, 8:11 katanya: "Inilah yang menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki akan diambilnya dan dipekerjakannya pada keretanya dan pada kudanya, dan mereka akan berlari di depan keretanya; Penjelasan: * Orang Israel Menghendaki Seorang Raja, Jawaban Allah kepada Israel, dan Orang Israel Bersikeras untuk Memiliki Seorang Raja (8:4-11) Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati permulaan dari sebuah perkara yang seluruhnya baru dan mengejutkan, yakni penetapan suatu pemerintahan yang berbentuk kerajaan di Israel. Mungkin gagasan tentang hal ini sudah sering dibicarakan di antara mereka oleh orang-orang yang merindukan perubahan dan mendambakan pemerintahan yang tampak hebat tersebut. Akan tetapi, kita belum mendapatinya sampai sekarang, ketika gagasan itu secara terbuka diajukan dan diperdebatkan. Abimelekh hanyalah sedikit lebih baik daripada seorang raja boneka, meski ia dikatakan memerintah atas orang Israel (Hak. 9:22), dan mungkin kejatuhannya itu menjadikan gelar raja sebagai sesuatu yang menjijikkan di Israel untuk waktu yang cukup lama, seperti halnya yang diperbuat Tarquinius di tengah-tengah orang Romawi. Akan tetapi, jika memang demikian yang terjadi, maka pada masa ini kejijikan itu telah sirna, dan sejumlah langkah berani pada bagian ini diambil menuju pembaharuan besar-besaran, seperti yang tertulis dengan jelas. Demikianlah kita temukan, I. Permintaan para tua-tua Israel kepada Samuel perihal perkara ini (ay. 4-5): Berkumpullah semua tua-tua Israel, menurut kesepakatan bersama, tidak dengan rusuh dan kacau, melainkan dengan hormat oleh sebab wibawa Samuel. Mereka datang kepadanya di rumahnya di Rama beserta permohonan mereka, yang mengandung, 1. Ungkapan keluhan mereka: singkat kata, Engkau sudah tua, dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau. Meski ada banyak alasan yang lebih baik yang dapat diutarakan suatu bangsa untuk meminta adanya seorang raja, yakni karena mereka ditindas oleh bangsa-bangsa lain atau karena mereka bertikai di rumah sendiri oleh sebab tidak ada seorang raja di Israel, sebuah perkara sepele akan dimanfaatkan oleh jiwa-jiwa pemberontak sebagai alasan untuk mendambakan sebuah perubahan. (1) Memang benar bahwa Samuel sudah tua, tetapi apabila ketuaannya itu membuat ia tidak lagi mampu berjalan berkeliling dan duduk lama di kursi, di lain pihak itu membuatnya semakin bijaksana dan berpengalaman, dan, oleh sebab itu, semakin tepat untuk memerintah. Apabila ia sudah tua, bukankah itu terjadi karena ia melayani mereka? Sungguh suatu perbuatan yang sangat tidak elok, tidak tahu berterimakasih, dan bahkan tidak adil, untuk membuangnya ketika ia sudah tua, padahal ia telah menghabiskan hari-harinya berbuat kebaikan bagi mereka. Allah telah menyelamatkan masa muda Samuel dari segala perbuatan yang tercela (3:20), tetapi mereka malah menjadikan masa tuanya tercela. Padahal seharusnya Samuel pantas diganjar dengan kehormatan yang lebih besar lagi. Ketika diolok-olok karena kelemahan dan disingkirkan karena hal itu, biarlah para orang tua tidak memandangnya sebagai sesuatu yang aneh, karena Samuel pun diperlakukan seperti demikian. (2) Memang benar bahwa anak-anak Samuel tidak hidup seperti Samuel. Mengenai hal itu, kesedihan Samuel pasti jauh lebih besar, tetapi para tua-tua Israel tidak dapat berkata bahwa itu adalah kesalahannya. Tidak seperti Eli, Samuel tidak memanjakan anak-anaknya dengan kejahatan mereka, melainkan siap menerima keluhan serta teguran yang mengecam mereka. Dan, apabila memang para tua-tua Israel hendak mempersalahkan Samuel, kita dapat meyakini bahwa ketika dakwaan suap telah tegak atas anak-anaknya, Samuel pasti akan membatalkan amanat keimaman anak-anaknya itu dan menghukum mereka. Akan tetapi, hal ini tidak akan memuaskan hati para tua-tua Israel, karena ada rancangan lain tersimpan di dalam benak mereka. 2. Sebuah permohonan mendesak untuk mengatasi keluhan mereka itu, yakni dengan mengangkat seorang raja atas mereka: Angkatlah seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Sampai sejauh ini, mereka sudah berlaku baik dengan tidak bangkit dan memberontak melawan Samuel lalu mengangkat sendiri seorang raja atas mereka, vi et armis -” dengan kekerasan. Mereka tunduk kepada Samuel, seorang nabi Allah, dan dengan rendah hati memohon agar ia melaksanakan permohonan mereka itu. Namun, dari apa yang terkuak kemudian, tampaknya permohonan itu adalah suatu permohonan jahat yang disampaikan dengan niat buruk, sehingga Allah menjadi murka. Allah telah merancangkan bagi mereka seorang raja, yaitu seorang yang berkenan di hati-Nya, ketika Samuel sudah meninggal dunia. Akan tetapi, mereka telah bertindak mendahului firman Allah dan memaksa untuk mempunyai seorang raja sekarang juga ketika Samuel sudah tua. Mereka telah memiliki seorang nabi yang menghakimi atas mereka dan yang mempunyai hubungan langsung dengan sorga, dan dengan ini semua, mereka sudah menjadi bangsa yang besar dan beroleh sukacita melampaui segala bangsa lain, karena tidak ada yang mempunyai Allah yang demikian dekat kepada mereka seperti yang mereka miliki (Ul. 4:7). Akan tetapi, ini tidak memuaskan mereka. Mereka harus mempunyai seorang raja yang memerintah atas mereka dengan segenap kemegahan dan kekuasaan yang lahiriah, seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Seorang nabi miskin berjubah usang, tidak peduli betapa pun cakapnya nabi itu di dalam memahami penglihatan-penglihatan Sang Maha Kuasa, terlihat hina di depan mata orang-orang yang menghakimi menurut apa yang tampak. Sebaliknya, seorang raja berjubah kebesaran berwarna ungu, yang dikawal para pengawal serta pejabatnya, akan tampak megah, dan inilah yang harus mereka miliki. Mereka memahami bahwa sia-sia saja membujuk Samuel untuk menerima tampuk pimpinan dan kehormatan sebagai seorang raja, sehingga oleh sebab itu, Samuel harus mengangkat seorang raja bagi mereka. Para tua-tua Israel tidak berkata, “Berikanlah kepada kami seorang raja yang bijaksana dan baik hati, dan yang akan memerintah dengan lebih baik daripada anak-anak laki-lakimu,” tetapi, “Berikanlah kepada kami seorang raja,” siapa pun orangnya, yang penting orangnya hebat. Demikianlah dengan bodohnya mereka mencampakkan sendiri belas kasih yang mereka miliki. Dengan dalih memajukan harga diri bangsa mereka di hadapan bangsa-bangsa lain, mereka betul-betul menghempaskan diri mereka dari kedudukan yang tinggi dan menajiskan mahkota mereka laksana debu (KJV: dengan melemparkannya ke dalam lumpur). II. Kekesalan Samuel terhadap permohonan ini (ay. 6). Mari kita menyaksikan bagaimana Samuel menanggapi permohonan tersebut. 1. Tindakan para tua-tua Israel itu mengiris hatinya. Mungkin ia dibuat terkejut olehnya karena ia tidak pernah memperkirakan rancangan mereka itu sebelumnya, dan ini membuat hatinya semakin sedih. Permohonan itu mengesalkan Samuel bukan waktu mereka mengolok-oloknya karena kelemahan dirinya yang sudah tua dan karena kejahatan anak-anaknya, Samuel dapat menanggung dengan sabar segala kecaman terhadap dirinya dan keluarga, tetapi itu mengesalkan Samuel, waktu mereka berkata, Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami, yang berarti mengecam Allah dan kemuliaan-Nya. 2. Tindakan para tua-tua Israel itu membuat Samuel berlutut. Dia tidak memberi jawab kepada mereka langsung pada saat itu, melainkan mengambil waktu untuk mempertimbangkan apa yang mereka ajukan dan berdoa kepada Tuhan memohon petunjuk. Ia menghamparkan perkara itu di hadapan-Nya dan menyerahkan semuanya kepada-Nya, sehingga dirinya pun lega. Samuel adalah seseorang yang giat bertekun di dalam doa, sehingga kita diajak untuk menyatakan dalam segala hal keinginan kita kepada Allah (Flp. 4:6). Ketika ada sesuatu mengusik kita, kita berkepentingan dan berkewajiban menghamparkan perkara kita di hadapan Allah. Ia mengizinkan kita untuk bebas menemui Dia dengan rendah hati. III. Petunjuk yang diberikan Allah kepada Samuel mengenai perkara ini. Orang yang di tengah permasalahannya mencari Allah akan menemukan bahwa Dia dekat dan siap mengarahkan mereka. Allah menyampaikan kepada Samuel, 1. Firman yang akan meredakan kekesalannya. Samuel sangat terusik dengan permohonan mereka itu. Susah hatinya ketika melihat jabatan kenabiannya sedemikian direndahkan dan segala perbuatan baik yang telah dikerjakannya bagi Israel dicampakkan begitu saja tanpa rasa terima kasih. Akan tetapi, Allah berfirman kepadanya bahwa ia tidak boleh terlalu memikirkannya atau menerimanya dengan perasaan aneh. (1) Samuel tidak boleh terlalu memikirkannya, bahwa mereka merendahkan dirinya, karena apa yang mereka lakukan itu sama saja dengan meremehkan Allah sendiri: “Bukan engkau saja yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak. Aku turut merasakan penghinaan ini bersama engkau” (ay. 7). Ingatlah, apabila Allah juga turut berbagi dalam penghinaan yang ditimpakan kepada kita, maka kita pasti akan mampu menanggung semua itu dengan sabar. Kita tidak perlu memikirkan yang buruk tentang diri kita sendiri apabila oleh karena Dialah kita menanggung cela (Mzm. 69:8), tetapi sebaliknya, kita bersukacita dan memperhitungkannya sebagai suatu kehormatan (Kol. 1:24). Samuel tidak boleh mengeluh apabila mereka sudah bosan dengan kepemimpinannya, meskipun sudah dijalankannya dengan betapa adil dan lemah lembutnya, karena sesungguhnya mereka sudah bosan dengan kepemimpinan Allah. Inilah yang sesungguhnya tidak disukai mereka: Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa (Mzm. 47:9) di seluruh dunia, tetapi pemerintahan Israel dari sejak semula sampai saat ini, dengan cara yang lebih istimewa dari segala pemerintahan yang ada, selalu bersifat Theokrasi, yakni sebuah pemerintahan yang berada di bawah pimpinan Allah. Hakim-hakim Israel mendapat panggilan dan amanat langsung dari Allah, dan segala perkara bangsa itu berada di bawah tuntunan-Nya secara istimewa. Hukum dan peraturan beserta pelaksanaan pemerintahannya, semuanya dilaksanakan menurut demikianlah Firman Tuhan. Orang Israel bosan dengan cara ini, meski itulah yang menjadi kehormatan dan andalan mereka di atas segala apa pun selama mereka tetap berada bersama Allah. Mereka jelas akan lebih terbuka untuk ditimpa malapetaka apabila mereka menimbulkan kemarahan Allah dengan dosa, dan mereka menemukan bahwa mereka tidak dapat dengan mudahnya melakukan pelanggaran seperti halnya bangsa-bangsa lain. Mungkin inilah alasan sesungguhnya di balik kehendak mereka untuk berada setara dengan bangsa-bangsa lain di dalam kedudukannya di hadapan Allah. (2) Samuel tidak perlu merasa aneh atau terkejut dengan masalah ini, karena begitulah yang selalu diperbuat orang Israel: Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar Mesir sampai hari ini, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu (ay. 8). Orang Israel pada mulanya sangat hormat dan patuh terhadap Samuel, sampai-sampai ia mulai berharap bahwa mereka akan disembuhkan dari perangai lama mereka yang tegar tengkuk. Akan tetapi, ia menemukan bahwa dirinya sendiri tertipu oleh mereka, dan ia tidak boleh terkejut akan hal itu. Mereka sudah sedari dulu bertindak kasar terhadap pemimpin-pemimpin mereka. Lihat saja apa yang diperbuat mereka terhadap Musa dan Harun. Bahkan, mereka telah meninggalkan Aku dan beribadah kepada allah lain. Kedahsyatan kejahatan mereka ini, yakni mencintai allah-allah baru, membuat kejahatan mencintai pemimpin-pemimpin baru ini tampak kecil. Samuel seharusnya sadar, bahwa kapan saja mereka akan bertindak tidak setia, karena mereka memang disebut pemberontak sejak dari kandungan (Yes. 48:8). Itulah tingkah langkah mereka dari sejak masa muda mereka (Yer. 22:21). 2. Allah menyampaikan kepada Samuel firman yang akan menjadi jawaban atas tuntutan mereka. Samuel tidak akan pernah tahu apa yang harus dikatakannya apabila Allah tidak memberinya petunjuk. Andai kata ia menentang gerakan para tua-tua Israel itu, maka tindakannya seolah-olah akan memperlihatkan kesukaan yang lebih besar terhadap jabatan dan kekuasaan daripada yang selayaknya diperlihatkan seorang nabi, serta memperlihatkan tindakannya yang memanjakan anak-anak laki-lakinya. Andaikata ia tunduk pada gerakan itu, maka tindakannya seolah-olah akan terlihat seperti pengkhianatan terhadap amanatnya sebagai hakim, sehingga ia pun menjadi terlibat dengan semua hal buruk yang dibawa oleh perubahan itu. Harun berdosa dengan mengabulkan permintaan orang Israel ketika mereka berkata, Buatlah untuk kami allah. Maka dari itu, Samuel tidak berani menuruti permintaan mereka pada waktu mereka berkata, Angkatlah seorang raja atas kami, tetapi ia, dengan penuh keyakinan, memberi mereka jawaban yang diberikan Allah bagi mereka. (1) Samuel harus berkata kepada mereka bahwa mereka akan mempunyai seorang raja. Dengarlah permintaan mereka (ay. 7), dan sekali lagi (ay. 9). Ini bukan berarti bahwa Allah berkenan dengan permohonan mereka, melainkan, seperti halnya Allah terkadang menghajar kita dalam kasih, demikian pula halnya pada kali lain Allah mengabulkan permohonan kita dalam amarah, dan inilah yang dilakukan-Nya pada kesempatan ini. Ketika orang Israel berkata, Berilah kepada kami seorang raja dan pemuka-pemuka, Dia memberikan mereka seorang raja dalam murka-Nya (lih. Hos. 13:10-11), sembari Ia memberikan burung puyuh kepada mereka (Mzm. 106:15; Mzm. 78:26-29). Allah memerintahkan Samuel untuk memenuhi keinginan mereka dalam perkara ini, - Agar mereka dihajar oleh tongkat mereka sendiri, dan dapat merasakan perbedaan antara pemerintahan-Nya dan pemerintahan seorang raja. Biarlah mereka tahu rasa (lih. 2Taw. 12:8). Dalam waktu singkat, tampaklah betapa keadaan mereka di bawah pemerintahan Raja Saul dalam segala hal lebih buruk daripada ketika mereka berada di bawah pimpinan Samuel. - Untuk mencegah sesuatu yang lebih buruk terjadi. Andai kata permohonan mereka tidak dikabulkan, mereka bisa saja memberontak terhadap Samuel atau beramai-ramai memberontak terhadap agama mereka dan mengakui allah-allah bangsa lain, supaya mereka bisa mempunyai raja-raja seperti bangsa-bangsa lain itu. Supaya hal itu tidak terjadi, biarlah mereka mempunyai seorang raja. - Allah tahu bagaimana membawa kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dari keadaan itu, dan bagaimana menjalankan rancangan-Nya sendiri yang bijaksana bahkan melalui rencana-rencana pikiran mereka yang bodoh. (2) Namun demikian, Samuel harus mengatakan kepada mereka, sebagai bahan pertimbangan, bahwa pada waktu mereka mempunyai seorang raja, mereka akan segera merasa muak dengannya, dan, ketika mereka menyesali pilihan mereka, semuanya sudah terlambat. Inilah yang Samuel harus peringatkan kepada mereka dengan sungguh-sungguh (ay. 9), bahwa, apabila mereka mempunyai seorang raja yang memerintah atas mereka, seperti raja-raja dari timur memerintah atas rakyatnya, maka mereka akan menemukan bahwa kuk yang harus dipikul amat berat. Mereka hanya menatap kemegahan atau kegemerlapan seorang raja, dan berpikir bahwa semua itu akan membuat bangsa mereka besar dan terhormat di mata bangsa-bangsa lain, dan akan mendatangkan kengerian kepada seteru-seteru mereka. Tetapi Samuel harus memperingatkan mereka untuk mempertimbangkan bagaimana mereka akan menanggung harga dari kemegahan itu, dan bagaimana mereka akan tahan terhadap kuasa semena-mena seperti yang dimiliki raja-raja bangsa lain. Perhatikanlah, orang yang menetapkan hatinya dengan berlebihan atas segala sesuatu di dunia ini, demi meredakan hawa nafsunya, harus mempertimbangkan keburukan serta kebaikan yang menyertainya, dan menimbang yang satu di atas yang lain masak-masak di dalam pikiran mereka. Orang yang tunduk kepada pemerintahan dunia dan kedagingan telah diberitahu dengan jelas, betapa semuanya itu adalah tuan yang kejam, dan betapa kuasa dosa itu sangat keji dan semena-mena. Namun demikian, mereka hendak menukar pemerintahan Allah demi semuanya itu. IV. Penyampaian segala pikiran Allah kepada mereka oleh Samuel dengan penuh setia (ay. 10). Samuel menyampaikan segala firman TUHAN kepada bangsa itu, betapa pun itu membuat dirinya kesal, karena ia mengartikan permohonan mereka itu sebagai sebuah penolakan terhadap dirinya dan membandingkannya sebagai tindakan mengabdi terhadap allah-allah lain. Ia kesal, karena harus mengabulkan permohonan mereka andaikan mereka tetap bersikeras akan hal itu. Namun demikian, segala pertimbangan yang telah disampaikan Allah mewajibkan Samuel untuk menyampaikan kepada mereka sejumlah dampak tertentu yang akan terjadi akibat pilihan itu, sehingga apabila masih ada sedikit akal sehat di dalam diri mereka, itu bisa saja membuat mereka mempertimbangkan segala sesuatunya kembali demi kebaikan mereka sendiri, dan mereka pun akan mengurungkan niat itu dan memohon terus berada di bawah pemerintahan Allah seperti sebelumnya. Dengan saksama dan dengan sangat terperinci, di hadapan orang Israel Samuel membentangkan bukan apa yang umumnya menjadi hak seorang raja, melainkan apa yang menjadi perilaku raja yang akan memerintah atas mereka (KJV), menurut apa yang biasanya terjadi pada bangsa-bangsa lain (ay. 11). Samuel tidak berbicara (seperti dijelaskan Uskup Patrick) mengenai hak seorang raja yang adil dan benar, karena hak itu sudah dijelaskan di dalam bagian dari hukum Musa mengenai tanggung jawab seorang raja. Sebaliknya, Samuel berbicara mengenai hak raja sebagaimana yang dimiliki oleh raja-raja pada bangsa-bangsa lain. Inilah yang menjadi perilaku raja, artinya, “demikianlah ia harus menyokong kehormatannya dengan harga berupa segala sesuatu yang sangat engkau sayangi, dan demikianlah ia akan menyalahgunakan kekuasaannya, layaknya orang-orang yang berkuasa cenderung berbuat seperti itu. Dan, karena bala tentara ada di tangannya, mau tidak mau, engkau harus tunduk terhadapnya.” BE. 701:1-2 TU HO DO AU MARPADAN Tu Ho do au marpadan O Jesus Tuhanki, Asa burju haposan au di adopanMi, Sai Ho ma mandongan ni au di ulaonki. Ajari pargogoi ma hu di dalanki Baen ma pangkilalaan di au O Tuhanki, Donok do Ho O Tuhan mandopang musungki. Ragam do pangunjunan dihasiangan on, Ho partanobatoan di paraloankon EPISTEL (2 KORINTUS 4:13 -” 5:1) EVANGELIUM (1 SAMUEL 8:4-11) Sahabat Ikutlah Aku yang dikasihi Tuhan Yesus! Renungan Minggu ini menyatakan tentang permintaan bangsa Israel untuk memiliki seorang raja, yang akan memerintah atas mereka agar sama seperti bangsa-bangsa yang lain memiliki raja. Sikap meminta raja ini menunjukkan bahwa orang Israel tidak lagi bersandar atau mengandalkan Tuhan memimpin mereka atau dapat dikatakan tidak beriman dan setia lagi kepada Allah. Memang akhirnya Tuhan mengabulkan permintaan bangsa Israel dengan memberitahukan hak-hak raja serta kewajiban rakyat dan konsekuensi terburuknya yang akan mereka terima dengan mengangkat seorang raja. Sepertinya bangsa Israel merasa menang karena Allah mengijinkan mereka miliki raja, namun tidak menyadari bahaya besar yang akan timbul atau akan dihadapi mereka dengan memiliki raja yang hanya seorang manusia biasa. Hal itu terungkap dari peringatan Allah tentang kesulitan yang akan dihadapi dengan raja baru mereka, dan apabila bangsa itu menangis mencari Tuhan, Dia tidak akan menjawab. Tetapi walaupun konsekuensi mengerikan sedang menunggu, jalan tersebut tetap akan mereka tempuh. Hal ini terbukti di kemudian hari dimana Saul menjadi raja yang mendukakan hati Tuhan dan menyusahkan rakyat. Renungan ini mengajak kita hidup senantiasa dipimpin oleh Allah, maka kasih karunia dan semua janji Allah akan digenapi dalam kehidupan kita. Sebaliknya bila kita dipimpin oleh yang lain atau hidup semaunya, maka kita sudah menjauh dari kasih karunia Allah. Hal itu merupakan penolakan terhadap Tuhan, penolakan pada Tuhan dapat berwujud melakukan apa yang jelas-jelas kita ketahui sebagai tidak berkenan di hati Tuhan. Ingatlah senantiasa bahwa tanpa Tuhan, sesungguhnya kita tidak bisa berbuat apa-apa dikehidupan ini. Amin DOA: “Ajarlah kami Tuhan untuk senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap jalan hidup yang kami lalui. Amin”
Pelatihan Online EasyWorship 2009 mulai 06 April 2015 - Soal Latihan 1 EasyWorship 2009 - Pembuatan Slide Tata Ibadah - Register | Login |
NEXT: Renungan HKBP SENIN, 10 JUNI 2024 - MURAH HATI, SEKALIPUN BERKEKURANGAN - BACAAN PAGI (FILIPI 2:1-11) - BACAAN MALAM (EFESUS 4:17-30) PREV: Renungan HKBP Minggu, 2 Juni 2024 - HAGOGOONTA HOLAN SIAN DEBATA (Kekuatan Berasal Dari Allah) - 2 Korintus 4:5-12
Links:
lagu-gereja.com,
bible.,
perkantas,
gbi,
GKII,
gkj,
hkbp,
MISA,
gmim,
toraja,
gmit,
gkp,
gkps,
gbkp,
LAGU LAGU TIBERIAS,
Hillsong,
PlanetShakers,
JPCC Worship,
Symphony Worship,
Bethany Nginden,
Christian Song,
Lagu Rohani,
ORIENTAL WORSHIP,
Lagu Persekutuan
|
popular pages | login | e-mail: admin@lagu-gereja.com Lagu-Gereja - Twitter | FB © 2012 . All Rights Reserved. |